#BondanElisHalal [1]

by - 10/27/2017

Satu: Hadiah dari Allah
Tanpa pertolongan Allah, kamu tidak akan mampu melawan dirimu sendiri. – Elistianas

Saat ini usiaku sudah menginjak dua puluh tiga tahun. Usia dimana sudah tidak lagi bisa ditanggung dosanya oleh orangtua. Dimana aku sudah harus paham benar, bahwa aku ini makhluk Tuhan yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Dan harus mempertanggung jawabkan semua hal yang aku perbuat di dunia ini, sendirian.



Aku sadar benar, semenjak aku tau agama pada usia 19 tahun, hingga sekarang aku masih belum bisa hijrah seratus persen. Masa sih dari dulu setengah hijrah terus? Hijrah dalam arti benar-benar menjauhi apa yang Allah tidak suka. Tujuan hidup ini adalah semata-mata agar Allah ridha, maka lakukan apa-apa yang membuat Allah ridha. Di jaman now ini, satu hal yang sangat sulit dihindari adalah menjauhi zina. Ya, memang tidak semua pacaran itu berakhir zina, tapi semua zina itu diawali dengan pacaran.

Akhirnya saat itu aku putuskan untuk berusaha hijrah seratus persen. Aku berusaha untuk tidak main-main lagi. Di malam itu, aku berdoa, “Ya Allah, Elis ingin beneran hijrahnya, Elis ingin jauhin ini beneran. Beri kekuatanMu ya Allah, karena tanpa kekuatanMu, aku tidak akan mampu.”

Masih teringat jelas kajian Ust Khalid tempo hari, ketika beliau bilang,
Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad 5: 363)

Siapa yang meninggalkan pujaan hati yang belum halal karena Allah, maka Allah akan beri ganti dengan jodoh yang terbaik yang lebih menjaga kesucian diri.

Dan kemudian keesokan harinya, Allah memberikan aku kekuatan yang masya Allah, memang semua kuasa punya Allah, laa hawla walaa quwwata illa billah... Aku bisa menjauhi itu.

Memang ini bukanlah suatu proses yang mudah, tapi juga bukan proses yang sulit. Yakan surga emang susah didapatnya, kalau mau gampang mah neraka aja. Yakan? 

Aku sudah memikirkan hal ini berbulan-bulan, dan dalam kurun waktu itu pulalah aku mencoba menjauhinya, meski ternyata nggak mudah, aku perlu waktu, untuk memupuk imanku setiap waktu. Namun bukan muslim yang baik jika ia tidak berproses, karena Allah sendiri akan menilai proses kita, bukan hanya nilai akhirnya saja. 

Dan aku, sekuat tenaga berusaha, kemudian ditampar bahwa kita memang tidak akan bisa melawan diri kita sendiri, selain dibantu oleh kekuatan dari Allah. Kemudian pada suatu malam aku berdoa lagi, “Ya Allah, Elis ngga mau pacaran lagi. Dosa. Bantu ya Allah”.

Keesokan harinya, Allah memberikan aku sebuah hadiah, akhirnya, dengan sekuat tenaga, aku bisa meninggalkan sesuatu yang membuat aku sedih sedemikian lamanya. Membuat aku terus berpikir bagaimana caranya keluar dari lingkungan ini. Aku menantang diriku sendiri untuk mencoba tidak menggantungkan diriku pada manusia. Saat itu juga, ku ikrarkan, aku ingin hijrah.

Meskipun memang tidak mudah adanya, namun karena kekuatan Allah lah akhirnya aku mampu, aku dimampukan. Setelah melalui banyak lika-liku saat menyampaikan niatku, akhirnya, bye pacaran! Aku sudah sama sekali insya Allah tidak menginginkannya lagi. Demi Allah, aku mau bilang, tidak ada untungnya pacaran sedikitpun. Aku pun ingin temen-temen nanti bisa menjauhinya, tentu dengan proses yang temen-temen punya masing-masing. Karena aku percaya, Allah akan merancang matahari terbit yang berbeda pada setiap hambanya.

Aku pernah punya angan-angan, untuk menikahi seseorang bukan dengan jalur pacaran, meskipun saat itu aku merasa sepertinya aku belum mampu. Tapi ternyata, Allah memang Maha Mampu. Ia memampukan yang mau. 

Dan akhirnya, aku mulai menikmati hidupku yang aku gantungkan hanya kepada Allah. Selama beberapa waktu, aku merasa amat bahagia. Hidupku terasa lebih berisi, lebih berfaedah kalau kata anak jaman now.

Saat itu aku sama sekali tidak memikirkan masa depan hubunganku ke depannya akan bagaimana. Adakah yang nanti mau menikahiku tanpa kenal dulu? Apakah aku pantas? Saat itu, aku benar-benar merasakan yang namanya hidup. Serius! Bahkan berangkat dan pulang kantor aku bisa nyanyi-nyanyi di trotoar sambil senyum-senyum ngeliat langit meski Jakarta macet. Saat itu aku benar-benar sedang mencintai Allah, dengan segenap hatiku.

Bahkan aku sangat percaya, bahwa Allah sedang menyiapkan sesuatu seperti apa yang kita siapkan untuk-Nya. Jika kita mencintaiNya, nanti Allah yang akan pilihkan seseorang yang mencinta-Nya juga untuk mencintai kita. Ini aku lagi ngga ndlepus lho. Ini harus yakin beneran.


Dan ternyata benar, Allah memang Maha Romantis. (to be continued)

You May Also Like

0 comments