Ketika Akhlak dan Jilbab Disangkutpautkan

by - 8/17/2013

Ulat bulu selalu bermimpi jadi kupu-kupu.
Senja jelita menyapa di jendela. Angin sejuk ini mengantarkanku kepada pandangan kosong seseorang disana. Beban segunung tergantung di dahinya yang putih. Diana.
“kenapa wajahmu murung Di?”
“Seburuk itukah aku dimata orang-orang? Apa orang berjilbab itu harus alim? Apakah orang yang belajar ilmu di pondok pesantren harus lebih alim dari yang lain?”
“Itu urusan pribadi menurutku Di. Orang lain itu hanya boleh mengurusi hubungan kita ke sesama manusia, dia tidak berhak mengurusi hubungan murni kita dengan Allah, itu sangat pribadi”
“Lantas apa yang harus kuperbuat? Apa aku harus bilang, aku sudah tak kuat dibicarakan olehnya, seolah-olah aku ini orang paling jelek akhlaknya. Seolah-olah dia orang paling alim sedunia”
“Kenapa tidak kau adukan saja pada Allah daripada kau harus buang tenaga untuk bicara dengan orang macam dia?”

Setiap manusia terlahir dengan fitrah yang sama. Seperti gerimis kecil yang turun sore ini, semuanya sama, putih bersih tanpa noda. Tapi ia punya takdir yang berbeda. Ada yang harus tertiup angin dan jatuh terhempas dari daun kemudian hilang tak berbekas tergeletak di tanah retak, ada yang bertahan sampai mentari pagi melenyapkannya, ada yang bersembunyi dalam kepingan beling sehingga ia lebih lama bertahan.
Seperti manusia, terlahir sama di mata Allah, terlahir dari Ibu yang sama-sama wanita, tapi akan tumbuh menjadi pribadi berbeda, tapi bukankah perbedaan itu layaknya bunga yang akan memperindah taman? Tak ada yang minta terlahir menjadi orang kaya, orang miskin, ustadz, atau pemabuk. Dulu kita sama-sama seonggok daging yang dipinjami ruh oleh Allah. Lalu apa pantas kita sombong?

Tumbuh memakan umur yang sudah ditetapkan oleh Allah, tumbuh dengan latar belakang yang berbeda.  Namun satu tujuan kita, jadi manusia yang lebih baik. Selalu perbaiki diri, itu kuncinya.
Saya sedikit tergelitik ketika ada yang bilang “sekarang mah copet aja pake kerudung”. Sedikit terhenyak hati ini mendengarnya. Sebegitu globalkah orang menilai sesuatu? Datang nila setitik, rusak susu sebelanga. Tak saya salahkan, saya memang pernah menemui ibu-ibu pencopet berkerudung macam ini, entah apa maksud dan tujuannya. Saya tau ibu pencopet itu salah, sangat  salah, tapi ibu itu akan lebih salah dan berdosa apabila tidak mengenakan jilbabnya bukan? Jilbab dan akhlak adalah 2 hal yang berbeda.
“Kerdus-kerudung dusta”. Ungkapan yang sama, namun kali ini dipakai untuk kalangan muda ababil di Indonesia. Banyak ikhwan yang saya lihat dengan pedenya update status kata-kata ini, dan dikomen sehingga jadi trending topic barangkali. Rasanya ingin saya lempar kaca ke mukanya. Apa sudah merasa suci? Apa sudah merasa jadi pribadi yang lebih baik? Gemes.

Anak-anak SMA yang berjilbab tapi masih nakal biarlah, mungkin mereka memang waktunya untuk seperti itu, mungkin mereka belum tahu kebenarannya, mungkin mereka belum menemukan puzzle kehidupan mereka. Setidaknya mereka jauh lebih baik daripada saya yang diumur mereka belum sadar betul jilbab itu gunanya buat apa, hadistnya apa :’)

Anak-anak kuliah yang berjilbab tapi masih belum sempurna biarlah, beri saja contoh tanpa harus menyakitinya. Beri pengertian sehalus mungkin, jangan dengan kata-kata yang menyakitinya. Karena saya tau benar perasaan Diana seperti apa ketika ia harus diberi kritik setajam petir di siang hari. Sholat dan lainnya itu urusannya dengan Tuhannya, tak usah mencampuri terlalu jauh. Mungkin mereka belum menemukan puzzle cinta dari Allah. Lebih baik doakan saja, tak usah terlalu banyak aksi yang menyakiti.

Berjilbab tak sholat berdosa, tapi sholat tak berjilbab pun berdosa. Apalagi tidk sholat dan tak berjilbab. Jadi jangan nilai kami dari salah satu sisi saja, kami ini masih belajar. Kami belum pintar seperti ustadzah kami.

Kami akhwat hanya ingin mentaati perintah Tuhan kami untuk menutup Aurat. Kami manusia seperti kalian, kami juga masih banyak sekali dosa dan khilaf. Ibadah kami pun belum sebagus kalian, belum serajin kalian. Maka bantu kami Akhi, bantu kami agar kami memiliki akhlak mulia dan ibadah yang baik seperti kalian para pemimpin kami kelak, agar tak ada lagi orang-orang seperti kami. Agar kalian tak perlu repot-repot untuk membenci dan membicarakan kami. Masalah itu biarlah menjadi urusan kami dengan Tuhan kami. Yang kami minta dengan kalian adalah nilailah kami dari dua sisi, jangan hanya dari jilbab kami. Itulah kenapa kami butuh kritik dari orang lain. Nasehatilah kami dengan cara yang lembut, dengan cara yang bisa kami terima, hati kami ini rentan akan kata-katamu Akhi. Doakanlah kami, supaya Allah membantu proses pembelajaran kami ini, kami akan berusaha menyeimbangkan jilbab dan hati kami ini, kami akan berikan yang terbaik. Kami belum sempurna, kami masih jauh dari sempurna seperti yang Akhi harapkan. Kami ingin menjadi kupu-kupu, tapi kami masih ulat bulu.
 image from tumblr.com
Gimana dengan saya? :D
Saya bukan orang baik, bukan orang  alim, masih banyak sekali melakukan dosa, masih sering menyakiti orang lain, kadang masih malas beribadah, karena beribadahpun ada pasang surutnya (katanya koor lazis saya sih gitu :D),  tapi saya mau mencoba, dan kau harus tau, Akhlak dan Jilbab itu 2 perkara yang berbeda.

Jika engkau berjilbab dan ada orang yang mempermasalahkan akhlakmu, katakanlah pada mereka :
“bahwa antara jilbab dan akhlak adalah  hal yang berbeda. Berjilbab adalah murni perintah Allah, wajib untuk wanita muslim yang telah baligh tanpa memandang akhlaknya baik/buruk, sedang akhlak adalah budi pekerti yang bergantung pada pribadi masing-masing. Jika seorang wanita berjilbab melakukan dosa/pelanggaran, itu bukan karena jilbabnya, namun akhlaknya.”
“Yang berjilbab belum tentu berakhlak mulia, tapi yang berakhlak mulia pasti berjilbab”
Wallahu a’lam

Tulisan ini ku dedikasikan teruntuk sahabatku Diana dan Uun. Tak usah hiraukan kata orang sayang, toh orang yang berbicara seperti itu juga belum sempurna. Berterima kasihlah padanya, ia peduli padamu, mungkin saja cara penyampaiannya saja yang belum begitu enak. “Jangan lihat siapa yang menyampaikan, tapi lihat apa yang disampaikan ya sayang, woles and keep rock!”

[aspirasi perempuan yang belum sempurna menyeimbangkan akhlak dan jilbabnya]



You May Also Like

7 comments

  1. ukhti.. aq copas ya kata2 nya.. makasii ya ukhti sgt menginspirasi buat jawab org2 yg suka menyamakan jilbab dg akhlak.. miris :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ukh dilahkan. Begitulah manusia suka men-generalisasikan sesuatu. Semangat ya :) Terimakasih sudah berkunjung!

      Delete
  2. Replies
    1. Silahkan Adlini, terima kasih sudah berkunjung :)

      Delete
  3. Replies
    1. Silahkan mbak Irma, terimakasih sudah berkunjung, salam kenal :)

      Delete
  4. Ukhti izin copas ya, menginspirasi banget kata katanya😊

    ReplyDelete